I want you to be left behind those empty walls. I taunt you to see from behind those empty walls. [Serj. Tankian]
Your empty wallsYour empty walls
Pretentious attention
Dismissive apprehension
Don't waste your time
On coffins today
When we decline
From the confines of our mind
Don't waste your time
On coffins today
Don't you see their bodies burning
Desolate and full of yearning
Dying of anticipation
Choking from intoxication
Don't you see their bodies burning
Desolate and full of yearning
Dying of anticipation
Choking from intoxication
I want you to be left behind those empty walls
Taught you to see from behind those empty walls
Those empty walls
When we decline
From the confines of our mind
Don't waste your time
On coffins today
I loved you yesterday
Before you killed my family
Empty Walls, artinya ya tembok kosong--yang dimaksud Serj dengan tembok kosong adalah Irak setelah dibombardir Amerika Serikat. Empty coz there`s nothing left to do there. Lagu ini mewakili seluruh isi album elect the dead yang berisi kritik keras terhadap kebijakan perang AS di Irak.
Pemilu AS sudah memenangkan Barack Obama dari kubu Deokrat dengan wakil presiden Joe Biden. Mereka mengalahkan pesaing dari kubu Republik, John Mccain dan calon wakilnya Sarah Pallin. Namun, siapa pun yang menang, tidak ada yang dapat diharapkan untuk masa depan Timur Tengah dan dunia Islam.
Jadi begini; Barack Obama yang dianggap sebagai tokoh revolusioner--mendobrak tradisi WASP (White Anglo-Saxon Protestan) karena negro-nya--memiliki visi yang tidak lebih baik dari George W Bush. Media internasional yang begitu gencar menyoroti Obama seakan mengalihkan isu yang paling sentral bagi kita, yaitu visi Obama terhadap dunia Islam. Penokohan Obama sudah tidak dapat diragukan lagi karena hampir setiap surat kabar nasional/internasional membuat artikel khusus mengenai calon presiden yang satu ini. Artinya, masyarakat internasional, termasuk kita, sudah mengenal Obama dengan baik dari sisi biografi dan fisik. Yang menarik adalah; sudahkah kita memahami visi Obama untuk dunia Islam, khususnya di kawasan Timur Tengah?
Majalah The Economist pada bulan yang lalu membuat laporan khusus mengenai Pemilu AS lengkap dengan penjabaran program-program strategis yang akan dijalankan dari kedua pasang calon presiden di AS. Terkait dengan isu Timur Tengah, menurut laporan tersebut, hal pertama yang harus disoroti adalah rencana Obama melakukan penarikan pasukan AS sepenuhnya dari wilayah Irak paling lambat 18 bulan setelah dia menjabat. “Wow, that sound is nice Mr.” Namun, kita perlu menelaah lebih jauh apa sebenarnya yang dimaksud dengan penarikan pasukan. Sejak invasi AS di Irak berakhir tahun 2003, sebenarnya secara bertahap AS sudah menarik pasukannya dari wilayah perang di Irak. AS terjegal dengan Konvensi Genewa yang melarang setiap negara penginvasi memiliki kepentingan jangka panjang di wilayah invasinya. Yang dimaksud dalam konvensi ini jelas, artinya AS tidak boleh menempatkan pasukan militer resmi di Irak. Yah. . . konvensi tingallah konvensi.
Dengan dalih instabilitas di Irak, AS mempertahankan pasukannya. Semakin banyaknya korban tewas di pihak tentara AS semakin memojokkan pemerintahan Bush untuk segera menarik pasukan dari Irak. Yang jadi masalah, anggaran perang yang mencapai hampir dua miliar US$ harus dipertanggungjawabkan di depan kongres. Publik AS tentu dengan sangat wajar mempertanyakan apa hasil yang didapat dengan anggaran sebesar itu? Kita harus ingat, saat itu adalah periode pertama pemerintahan Bush yang akan menghadapi Pemilu tahun 2004. Kita semua pasti sudah mafhum bahwa motif ekonomilah yang melatarbelakangi invasi AS ke Irak. Motif penghancuran WAMD (Weapon of Mass Destruction) dan keterlibatan Saddam Hussein dengan Osama adalah omong kosong – “we are already know that!”. Penguasaan terhadap minyak bumi lengkap dengan infrastrukturnya seperti kilang dan jalur pipa menjadi hal yang wajib bagi Bush untuk mengembalikan kepercayaan publik AS terhadap invasinya di Irak.
Setelah invasi berakhir, sesuai dengan ketentuan PBB yang terlebih dahulu sudah diinvasi oleh AS, harus dilaksanakan proyek rekonstruksi pasca-perang. Hebatnya, hampir seluruh tender rekonstruksi itu dimenangi oleh perusahaan asal AS macam Halliburton, Chevron, Blackwater, dll. Seluruh proyek dari pembangunan dan pengelolaan minyak, sampai dengan proyek penyediaan air bersih disikat oleh perusahaan asal AS. Di satu sisi, kita melihat AS mematuhi aturan PBB dan Konvensi Genewa untuk tidak memiliki kepentingan jangka panjang di Irak dengan cara menempatkan pihak korporasi swasta. Namun di sisi lain kita juga dengan mudah melihat perusahaan-perusahaan asal AS itu sebagai ‘proxy’ pemerintahan AS. Keuntungan besar yang didapat dari proyek rekonstruksi Irak akan masuk ke dalam kas negara sebagai tebusan anggaran yang terkuras selama invasi. Hasilnya jelas, Bush berhasil memenangi Pemilu untuk periode keduanya mengalahkan John Kerry yang cukup populer dan potensial.
Kembali kepada Mr. Obama, dengan kata lain, rencana penarikan pasukan dari Irak tidak ada implikasi positifnya bagi dunia Islam. Hal itu hanya formalitas di depan tuntutan dunia internasional karena pada hakikatnya, cakar-cakar kekuasaan AS sudah ada di Irak. Kondisi keamanan di Irak yang masih tidak stabil tidak akan memengaruhi rencana penarikan pasukan. Karena keamanan yang sejati bagi AS ada pada wilayah perusahaan-perusahaan minyak mereka berikut jalur distribusinya. Wilayah-wilayah tersebut berada jauh dari pusat konflik di Irak tengah seperti propinsi al-Anbar. Wilayah2-wilayah tersebut justru berada di selatan dan utara Irak. Seharusnya, rencana Obama di Irak adalah penarikan pasukan dan PENGEMBALIAN ASET EKONOMI.
Hal kedua yang perlu disoroti sesuai dengan laporan The Economist adalah rencana Obama untuk menggelar pasukan tempur yang lebih intensif di Afghanistan. Obama menganggap invasi AS ke Irak adalah sebuah kekeliruan dalam rangka perang terhadap terorisme (baca: al-Qaeda). Seharusnya, AS lebih memfokuskan diri terhadap pengejaran terhadap Osama Bin Laden yang berlindung di belakang kekuasaan Taliban di Afghanistan. Apa yang bisa kita cermati dari rencana Obama ini? Ikhwah fillah, sesungguhnya apa yang akan dijalankan oleh Obama merupakan ancaman besar bagi dunia Islam ke depan. Betapa tidak, Obama akan membuka front yang lebih masif di kawasan Asia Tengah yang saat ini kondisinya sedang rawan. Afghanistan adalah negara yang sangat strategis untuk (sekali lagi) menjaga aset ekonomi AS di Timur Tengah. Setali tiga uang, penguasaan atas Afghanistan juga akan mengeliminasi kekuatan Iran di sebelah utara berikut Pakistan di Timur, dua negara muslim yang memiliki geliat pergerakan Islam yang sangat progresif.
Kondisinya saat ini adalah Irak sudah berada dalam ketiak AS. Sekali pun AS menarik pasukannya dari Irak, negara ini sudah tidak bisa menjadi kekuatan penyeimbang Israel di Timur Tengah. Rezim boneka di Irak sudah terbentuk dan kepentingan-kepentingan ekonomi akan terus menjadi prioritas di atas pan-Islamisme kawasan. Rencana Obama untuk menggunduli Taliban dan al-Qaeda di Afghanistan artinya membuka front peperangan baru untuk menciptakan kawasan penyanggah kepentingan mereka.
Jadi, kita tidak perlu berharap banyak pada kontes Pemilu di AS bagi masa depan dunia Islam. Amerika Serikat sesuai dengan sebutan Imam Khomeini memang benar-benar SETAN BESAR yang mengacak-acak semua negara Islam. Jika saya bertanya, “Siapa presiden AS yang paling baik?” Jawabannya gak ada, kecuali Kennedy yang tewas sebelum melakukan banyak hal. George W Bush yang akan segera digantikan, adalah Presiden AS paling bodoh dalam sejarah. Hal itu sudah menjadi fakta mutawattir dari pers seluruh dunia. Nah, ironisnya, kita sebagai umat Islam ‘koq’ bisa diacak-acak oleh orang yang dianggap bodoh oleh masyarakat internasional.
Kalaupun Obama berkualitas baik, itu hanya dalam ranah isu domestik dan untuk kepentingan nasional AS, tidak untuk dunia Islam.
--Wirawan Sukarwo
Mahasiswa Program Magister Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia
Fenomena bangkitnya pergerakan Islam ”keras” di Timur Tengah memang sedang terjadi. Yang dikategorikan dengan Islam ”keras” adalah golongan atau kelompok yang mengatasnamakan dirinya Islam serta menggunakan senjata dalam perjuangan kelompoknya. Beberapa pengamat lebih sering menyebut mereka dengan Islam radikal, bahkan ada pula yang menyebut mereka Islam fundamental.
Fenomena bangkitnya pergerakan Islam semacam ini sangat dipengaruhi situasi dunia secara global yang memposisikan umat Islam sebagai golongan yang tertinggal dari sisi peradaban. Hal ini diperparah lagi dengan berbagai global policy yang dikeluarkan negara-negara Barat untuk memojokkan posisi umat Islam di dunia. Dunia barat yang telah ber-renaissance sejak abad ke-15 terus meninggalkan umat Islam dalam jaman kegelapan. Umat Islam sendiri seperti terlena dalam ketertinggalannya dan terus menjadi golongan yang tertinggal dalam hal peradaban di dunia. Kesadaran akan ketidakadilan yang diciptakan oleh negara-negara Barat terhadap dunia Islam inilah yang kemudian melahirkan perjuangan-perjuangan bersenjata yang mengatasnamakan Islam di berbagai negara di Timur Tengah.
Saya setuju, apabila lahirnya pergerakan Islam semacam ini dijadikan indikator kebangkitan Islam di masa yang akan datang. Wilayah Timur Tengah yang merupakan pusaran konflik yang ada di dunia adalah wilayah yang tepat untuk memulai dan melakukan pergerakan tersebut. Karena, di wilayah inilah pergesekan dan konflik antara Islam dan Barat menemukan bentuknya. Setiap konflik yang ada di wilayah ini.selalu mendapat reaksi dan perhatian dari seluruh dunia. Hal yang sama juga berlaku bagi perjuangan pergerakan Islam di wilayah ini yang akan mendapatkan perhatian, bahkan dukungan dari umat Islam lain yang ada di dunia.
Walaupun masih banyak pergerakan-pergerakan Islam yang ada di Timur Tengah masih memperjuangkan kepentingan lokal, namun setiap perjuangan dan keberhasilannya selalu menjadi inspirasi bagi gerakan Islam yang lain di dunia. Pergerakan Islam seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir misalnya, berhasil mentransformasikan bentuk-bentuk perjuangannya kepada banyak pergerakan Islam lain di dunia. Perjuangan lainnya seperti yang dilakukan Hizbullah, Hamas dan Taliban adalah perjuangan yang sifatnya lokal, namun banyak memperoleh dukungan secara luas dari umat Islam. Begitu juga sebaliknya musuh perjuangan mereka, juga mendapat dukungan yang luas dari negara-negara Barat. Sifat inspiratif dan transformatif inilah yang membuat pergerakan Islam di Timur Tengah bisa menjadi indikator bangkitnya Islam di masa yang akan datang. Waallahu`alam.
sumber gambar: di sini