Monday 18 October 2010

ISRAEL DAN RENCANA PEMBANGUNAN PEMUKIMAN YAHUDI


Membaca artikel yang ditulis oleh M.Hamdan Basyar pada situs LIPI membuat saya terpancing untuk ikut membahas isu yang sama. Apalagi kalau bukan rencana pembangunan pemukiman Yahudi di Palestina.

Sewaktu kuliah di S1 dulu, saya pernah mengikuti mata kuliah Politik AS di Timur Tengah, di bawah asuhan mas Agus dari program studi sejarah (saya lupa nama aslinya). Mas Agus pernah menyampaikan di kelas kami saat itu bahwa mind set okupasi Israel terhadap Palestina didasarkan pada teori teritori. Yang dimaksud dengan teori okupasi teritori adalah penguasaan wilayah yang membabi buta yang tidak akan memikirkan bagaimana maintenance wilayah yang sudah dikuasai. Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa saat Israel mengokupasi satu kota/wilayah di Palestina, Israel hanya akan memikirkan bagaimana mengokupasi wilayah setelahnya. Tentu saja wilayah yang jadi target selanjutnya adalah yang berbatasan, sehingga luas wilayah okupasi menjadi semakin lebar dan lebar. Kemudian, Israel tidak akan menaruh perhatian lagi pada wilayah yang sudah dikuasainya.

Dalam konteks konflik Palestina-Israel, strategi semacam ini terbukti efektif untuk membuat sebuah kurungan bagi perjuangan rakyat Palestina. Tidak terasa, tiba-tiba Israel sudah sampai di wilayah perbatasan. Israel tahu persis bahwa urat nadi perlawanan bangsa Palestina dipompa dari wilayah perbatasan. Hal ini sangat wajar, karena isu Palestina adalah isu yang universal. Bandingkan dengan cara Amerika Serikat saat menginvasi Irak. Amerika Serikat dan pasukan koalisi justru menyisir dari wilayah perbatasan baru kemudian mengepung ibukota Irak, Baghdad dan akhirnya berhasil menguasasi Irak sepenuhnya. Amerika melakukan strategi yang sangat tepat karena kekuatan Irak di bawah rezim Saddam Hussein terpusat di Baghdad dan kota-kota di sekitarnya seperti Ramadi dan Tikrit yang mayoritas dihuni oleh golongan Sunni yang notabene justru golongan minoritas di Irak. wilayah tersebut sering disebut Sunni Triangle (Segitiga Sunni).

Apa yang saya bahas pada paragraph sebelumnya adalah sebuah strategi perang militer. Lantas apa hubungannya dengan tulisan Pak Hamdan Basyar. Iya, kali ini saya melihat bahwa Israel melakukan sebuah maintenance wilayah dari prinsip okupasi teritori yang dilakukan. Maintenance itu dilakukan dengan cara membangun pemukiman warga yahudi (Israel) di wilayah yang disengketakan. Benar, pemukiman Yahudi yang sudah dibangun sebanyak 2.500 unit rumah dari total 25.000 unit yang akan direalisasi pemerintah Israel. Perundingan terakhir terkait isu ini tidak berhasil memperpanjag moratorium penghentian pembangunan yang sudah dilakukan sejak tahun 2009. PM Israel, Benjamin Netanyahu berada dalam lingkaran pendukungnya yang pro-pemukiman seperti Menlu Avigdor Lieberman. Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama dan Presiden Mesir Husni Mubarak yang mencoba menjembatani konflik antara Palestina dan Israel juga belum bisa berbuat banyak karena parlemen Israel sudah terlanjur mengakusisi rencana pembangunan pemukiman yahudi yang sebanyak 25.000 unit tersebut. Yang berhasil ditekan hanyalah jumlah unit rumah yang tidak akan ditambah.

Pembangunan pemukiman Yahudi ini memberikan Israel beberapa keuntungan, yaitu;

1. Pembangunan pemukiman itu akan mengukuhkan kedudukan Israel di wilayah-wilayah yang masih dipersengketakan seperti Tepi Barat dan Jerusalem Timur. Pembangunan pemukiman itu nantinya akan disusul oleh pembangunan infrastruktur yang meliputi segala macam pelayanan sosial. Hal ini nantinya akan memberikan kesan pada dunia internasional bahwa Israel berhasil mengangkat taraf hidup warga di wilayah tersebut sekaligus menjadi pengelola wilayah yang baik.

2. Pembangunan pemukiman tersebut akan mendistorsi jalannya perang yang dilakukan antara tentara Israel dengan rakyat Palestina. Hal ini disebabkan karena para pemukim Yahudi itu terhitung sebagai warga sipil non-kombatan yang dilindungi hak-haknya oleh hukum internasional. Sekali lagi, salut untuk Israel karena mereka tahu persis bahwa fikih jihad yang dianut oleh sebagian besar elemen perjuangan bersenjata di Palestina cenderung tidak membedakan target sipil dan militer. Bisa dibayangkan, bagaimana konspirasi internasional pendukung Israel akan balik menyerang golongan-golongan seperti Hamas dan Jihad Islam apabila mereka meluncurkan roket ke wilayah pemukiman Yahudi tersebut.