Monday 31 August 2009

WA MA ADRA KA MA LAILATUL QADR?

Inna anzalnahu fi lailatul qodr
Surat al-Qodr adalah surat ke 97 dari al-Quran al-Karim. Kalau kita perhatikan surat sebelumya adalah surat al-Alaq dengan nomor surat 96. dua surat ini walaupun berdekatan tapi memiliki latar belakang turun yang berbeda jauh. Surat al-Alaq diturunkan ketika Nabi SAW berada di Mekkah, sedangkan surat al-Qadr diturunkan ketika Nabi berada di kota Madinah.

Jarak antara kedua surat itu yang ditempatkan berdekatan dalam al-Quran menyiratkan satu pesan kepada kita tentang pentingnya membaca al-Quran. Dan keutamaan membaca al-Quran diabadikan dalam kemuliaan malam lailatul qadr, yaitu malam diturunkannya al-Quran.

Wa ma adra ka ma lailatul qadr?
Dalam al-Quran, kalimat wa ma adraka digunakan sebanyak 13 kali (kalo gak percaya itung aja sendiri). Dari seluruh kalimat tersebut hanya pada surat al-Qadr lah Allah menggunakannya untuk menjelaskan suatu peristiwa yang penuh kemuliaan. Sisanya, sebanyak 12 kali, kalimat tersebut digunakan untuk menjelaskan hari kiamat. Artinya, antara hari kiamat dan al-Qadr sama-sama merupakan peristiwa besar yang Rasul saja tidak bisa mengetahui kapan terjadinya selain tanda-tandanya.

Sayyid Qutb dalam fi Zhilalil Quran mengartikan al-Qadr menjadi:
Pertama, artinya ketetapan. Yang dimaksud disini adalah Allah menjadikan malam tersebut sebagai sebuah ketetapan terhadap hidup seorang hambanya di kemudian hari. Ketetapan itu tentu saja sesuatu yang baik.
Kedua, artinya sempit. Yang dimasud dari sempit disini adalah sedikitnya waktu yang ada untuk memanfaatkan lailatul qadr. Dalam ayat yang lain Allah mengatakan yuqdirullah . . . Allah menyempitkan . . . seperti itulah.

Lailatul Qadri khoiru min alfi syahr
Bilangan 1000 bulan yang kemudian dijumlah menjadi 83 tahun adalah bilangan yang mewakili betapa banyaknya pelipatgandaan amal pada malam tersebut. Konteks masyarakat Arab ketika diturunkannya ayat ini hanya mengenal bilangan 1000 sebagai angka yang terbesar. Mereka belum mengenal juta, milyar atau triliun. Beberapa ulama mengatakan, kalimat 1000 bulan dalam surat al-Qadr bisa menjadi miliar atau triliun dalam konteks saat ini. Karena memang hakikat bunyi ayat itu adalah suatu pelipatgandaan yang tidak terbatas.

Tanazalul malaikah wa ruh fiha min kulli amr salamun hiya hattamat lail fajr
Begitu banyaknya malaikat yang turun ke bumi untuk memberikan kebaikan kepada orang-orang yang beribadah pada malam tersebut. Penjagaan para malaikat Allah pada malam lailatul Qadr menurut sebagian ulama tidak terbatas sampai fajar esok paginya. Namun, sampai fajar kehidupan berikutnya, yaitu hari kiamat. Ada sebagian ulama yang menganggap malam lailatul qadr hanya turoritas ulama mengun sekali ketika diturunkannya al-Quran. Namun mayoritas ulama menganggap malam ini turun setiap tahunnya di bulan Ramadhan. Salah satu buktinya adalah penggunaan fiil mudhori pada kata "tanazalu" – fiil mudhori itu kalau bahasa kitanya present continues tense. Menurut Imam Ghazali yang dikutip oleh Muhammad Abduh, ada dua bisikan dalam diri manusia. Bisikan p ertama adalah bisikan kebaikan yang berasal dari malaikat serta yang kedua bisikan kejahatan yang berasal dari syetan. Artinya, seseorang yang berhasil mendapatkan lailatul qadr akan mendapatkan penjagaan dari para malaikat sampai hari kiamat. Sehingga orang tersebut memiliki kecenderungan untuk melakukan kebaikan seumur hidupnya. Subhanallah.

Sebagai catatan penutup, kita harus tahu bahwa lailatul qadr dengan segala kemuliaannya tadi tidak datang kepada semua orang begitu saja. Dia hanya datang kepada orang-orang yang sudah mempersiapkan diri menyambutnya dengan kebersihan hati dan kehusyukan beribadah. Maka, maksimalkan bulan Ramadhan kali ini agar kita layak menyambut lailatul qadr.

0 comments:

Post a Comment