Monday 14 February 2011

MARI, PETAKAN KEKUATAN PARA SUKSESOR MUBARAK


Sangat sederhana tuntutan dari rakyat Mesir selama gelombang aksi demonstrasi. Mereka menuntut Hosni Mubarak untuk mundur dari kursi presiden. Selain itu mereka menuntut pemberantasan korupsi dan penurunan harga-harga seperti layaknya tuntutan rakyat pada hari-hari biasanya. Isu revolusi di Mesir memang jauh dari kesan revolusi Islam seperti yang pernah terjadi di Iran pada 1979. Revolusi Mesir murni karena rasa ketidakadilan yang meluas di masyarakat atas kemiskinan serta kesenjangan sosial yang terjadi di negara tersebut.



Sampai tulisan ini terbit di blog, Mesir masih dalam kondisi tidak menentu, khususnya dalam hal suksesi kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan Hosni Mubarak adalah pertanyaan semua orang yang mengikuti perkembangan politik di Mesir terkini. Setidaknya, ada tiga nama yang digadang-gadang oleh media lokal dan internasional sebagai calon kuat pengganti Hosni Mubarak.



Pemilu akan dilaksanakan sekitar September tahun ini. Mubarak sendiri sudah menyatakan tidak akan maju kembali dalam Pemilu, begitu juga anaknya Gamal Mubarak. Di sisi lain, para demonstran dan kelompok oposisi tidak memiliki skenario pasca-revolusi yang mampu mengubah konstitusi secara radikal serta memunculkan tokoh alternatif sebagai suksesor yang kredibel. Di samping itu, militer masih sangat loyal terhadap konstitusi walaupun juga tidak membela Mubarak secara terang-terangan. Skenario yang paling mungkin terjadi adalah semua elemen menunggu untuk diadakan sebuah Pemilu yang adil dan demokratis serta bersih dari nama Mubarak. Sementara itu, Mubarak akan digantikan oleh Wakil Presiden Omar Suleiman sampai Pemilu dilaksanakan. Dalam tulisan ini saya akan coba ulas keunggulan dan kelemahan tiap-tiap tokoh tersebut, tentunya terlepas dari segala kemungkinan yang bisa terjadi.



1. Mohammad el-Baradei

Tokoh yang satu ini jauh lebih dikenal oleh masyarakat internasional semenjak ia menjabat sebagai kepala Badan Pengawas Atom Internasional (IAEA). Nama el-Baradei mulai sering muncul di berbagai headline media sejak kisruh invasi AS atas Irak tahun 2003 serta isu pengembangan nuklir Iran belakangan ini. El-Baradei yang memasuki masa pensiunnya di IAEA lalu memutuskan untuk pulang ke Mesir tahun lalu.

Saat ini, el-Baradei mendapatkan dukungan politik dari faksi oposisi terbesar di Mesir yaitu Ikhwanul Muslimim. Ia sempat muncul di tengah-tengah para demonstran, lalu berorasi menuntut Hosni Mubarak mundur dari jabatannya. Beberapa pihak dan pengamat menganggap langkah el-Baradei terlalu opurtinis mengingat sebelumnya ia bukanlah tokoh yang berpengaruh dalam perpolitikan Mesir. El-Baradei dianggap memanfaatkan momentum kekacauan politik kali ini untuk naik menjadi pemimpin. Sebenarnya, el-Baradei sendiri sudah pernah melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh pimpinan oposisi pada Februari tahun lalu. Mereka bergabung dan membentuk sebuah gerakan non-partai politik yang dinamakan Asosiasi Nasional Untuk Perubahan. Tujuan utama dari gerakan ini adalah reformasi konstitusi yang mengatur pemilihan Presiden. Mereka menginginkan Pilpres bisa diikuti oleh siapapun termasuk kandidat independen (non-parpol).[1] Setidaknya, el-Baradei memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam konteks suksesi Presiden Mesir.

Kelebihan yang dimiliki el-Baradei adalah:

1.Memiliki track-record (rekam jejak) internasional yang mengagumkan sebagai mantan Kepala Badan Pengawas Atom Internasional. Jabatan itu merupakan jabatan yang sangat membanggakan bagi rakyat Mesir karena reputasi IAEA sangat diandalkan oleh PBB dan dunia. El-Baradei menjabat sebagai kepala IAEA selama 3 periode berturut-turut sejak 1997 hingga 2009. El-Baradei sendiri adalah seorang ilmuwan yang cerdas serta menguasai tiga bahasa asing di luar bahasa Arab.
2.Secara personal, ia dikenal sebagai seeorang yang memiliki integritas serta idealisme yang kuat ketika menjabat sebagai kepala IAEA. Hal itu terbukti dengan publikasinya terkait ketiadaan senjata nuklir di Irak sesuai dengan observasi yang dilakukan lembaga yang ia pimpin. Sikapnya ini membuat ia berkonfrontasi langsung dengan pemerintahan George W. Bush. Bersama-sama dengan Hans Blix[2] yang menerbitkan laporan tebal berisi ketiadaan senjata nuklir di Irak, ia berani melawan justifikasi AS atas nuklir Irak.
3.Tidak terkait dengan rezim Mubarak. Hampir selama usia produktifnya ia habiskan di luar negeri. Kondisi ini membuatnya secara otomatis memiliki catatan yang "bersih" dari rezim Hosni Mubarak yang dianggap korup di dalam negeri.
Beberapa kelemahannya adalah:

1.El-Baradei tidak memiliki popularitas yang cukup untuk maju sebagai calon Presiden pengganti Mubarak. Seorang sopir taksi di Kairo pernah diwawancara oleh salah satu media mengenai el-Baradei pada 2010 setelah el-Baradei kembali ke Mesir. Sopir taksi itu mengatakan bahwa ia tidak mengenal siapa itu Baradei dan ia menganggap kemungkinan el-Baradei adalah salah satu dari para penjahat yang ada di Mesir (baca: rezim Mubarak).[3] Survei secara resmi memang belum pernah dirilis oleh siapa pun. Namun, jika Pemilu diadakan bulan depan, sulit rasanya bagi el-Baradei untuk menang.
2.Diusung oleh Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok oposisi yang menjadi momok Amerika Serikat dan Israel di Mesir. IM adalah organisasi gerakan politik Islam yang sangat mendukung perjuangan Hamas di Palestina. Sikap Mesir yang cenderung akomodatif terhadap Israel akan berubah dengan kepemimpinan IM. AS sendiri sudah menyuarakan sikapnya terkait IM melalui Menlu Hillary Clinton. AS, menurut Hillary, tidak menghendaki Mesir dikuasai oleh organisasi dengan ideologi radikal.[4] Dalam kasus ini yang dimaksud organisasi dengan ideologi radikal adalah IM.[5] Kepentingan negara besar seperti Amerika Serikat terhadap keamanan Israel akan menghambat el-Baradei untuk maju sebagai calon presiden. Meskipun el-Baradei bukan seorang anggota IM, secara politis ia sangat mungkin menjalankan agenda serta aspirasi IM yang telah mengusungnya.
3.Secara personal, el-Baradei adalah seorang praktisi hukum yang bekerja di bidang pengawasan nuklir. Ia tidak pernah menjadi aktivis politik atau partai politik selama di Mesir. Latar belakang ini akan menimbulkan gap yang besar mengingat medan politik jauh berbeda dengan tempat ia beraktivitas sebelumnya. Situasi ini semakin memunculkan anggapan bahwa el-Baradei hanya akan menjadi kendaraan politik Ikhwanul Muslimin untuk mengelola pemerintahan.
4.el-Baradei tersandung konstitusi di Mesir mengenai calon presiden. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, calon presiden harus berasal dari sebuah partai politik yang legal sekaligus pernah menjadi ketua partai tersebut selama minimal satu tahun. Konstitusi ini tidak hanya menyingkirkan el-Baradei dari bursa pemilihan, tetapi juga Ikhwanul Muslimin. Sampai hari ini, IM masih dianggap sebagai partai terlarang di Mesir.


2. Omar Suleiman

Nama yang juga santer terdengar belakangan ini adalah Omar Suleiman. Ia adalah wakil presiden Mesir saat ini dan merupakan salah satu calon terkuat pengganti Mubarak. Nama Omar Suleiman mulai digadang-gadang oleh media internasional ketika AS melalui Menlu Hillary Clinton menyatakan dukungan mereka kepadanya.

Di beberapa situs ensiklopedia seperti Wikipedia, Omar Suleiman sering disebut sebagai Mubarak kedua (Mubarak II).

Omar Suleiman sudah sangat dikenal oleh pihak Barat sebagai seorang kepala Dinas Intelejen yang sukses. Kehebatannya dalam memimpin Dinas Intelejen Mesir sangat diakui oleh pihak barat. Pada 2009, majalah Foreign Policy menyebutnya sebagai Kepala Intelejen tersukes di Timur Tengah bersama dengan Kepala Dinas Intelejen Israel (Mossad) saat itu, Meir Dagan.[6]

Dalam kisruh politik yang sedang terjadi, Omar Suleiman jarang tampil di hadapan publik untuk berdialog. Sekali ia pernah mengadakan dialog secara luas dengan pihak oposisi untuk membahas cara transisi yang paling relevan. Namun, hal itu tidak banyak memberi pencerahan bagi para demonstran yang ada di jalanan.

Beberapa kelebihan Omar Suleiman.

1.Tingkat popularitas yang cukup tinggi sebagai calon presiden. Mesir seperti halnya negara kita Indonesia, adalah sebuah negara dengan kesenjangan yang sangat tinggi. Kesenjangan itu tidak hanya dalam hal kesejahteraan melainkan juga kesadaran politik. Kebanyakan masyarakat Mesir yang buta terhadap politik tidak memiliki pemahaman yang baik seputar para calon presiden mereka. Tokoh yang memiliki popularitas dan sanggup mengendalikan media akan dengan mudah merebut simpati calon pemilih. Posisi Omar Suleiman saat ini di pemerintahan serta jaringan yang ia miliki akan sangat memudahkan dirinya untuk melakukan usaha pemenangan tersebut.
2.Posisi dalam pemerintahan serta jaringan yang dimiliki Omar Suleiman lebih dari cukup untuk membantunya memenangi Pemilu. Sebagai wakil presiden yang membantu Hosni Mubarak, Suleiman memiliki koneksi yang sangat kuat dengan militer. Ia sendiri mengawali karier profesionalnya sebagai personil militer. Ia sempat menimba ilmu militer di Rusia (saat itu Uni Soviet) yang kemudian mengantarnya sebagai salah satu perwira tercerdas yang pernah dimiliki Mesir. Latar belakang Suleiman sebagai kepala dinas Intelejen juga dimulai di militer. Segudang pengalaman dan jaringannya itu akan menjadi instrumen strategis untuk memenangi Pemilu.
3.Dukungan dari Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki kepentingan besar di Timur Tengah. Nama Omar Suleiman sudah sempat terdengar dari mulut Hillary Clinton yang menunjukkan dukungan AS terhadap pencalonan dirinya. Omar Suleiman adalah tokoh yang sangat tepat bagi AS untuk menjamin keamanan Israel di Timur Tengah.[7] Dukungan AS bisa berarti macam-macam. Dukungan itu bisa juga berupa bantuan dana untuk melakukan kampanye saat Pemilu.[8]
Beberapa kekurangan Omar Suleiman.

1.Sangat dekat dengan rezim Mubarak. Omar Suleiman terlalu identik dengan pemerintahan Mubarak meskipun tidak aktif dalam Partai Nasional Demokrat yang mendukung Mubarak. Sulit bagi rakyat Mesir untuk melihat Omar Suleiman tidak terkait dengan Mubarak. Kampanye negatif kubu oposisi di Mesir akan memanfaatkan situasi ini dengan mengaitkan Omar Suleiman dengan Hosni Mubarak mengingat rasa anti-Mubarak menjadi spirit demonstrasi kali ini.
2.Memiliki beberapa catatan buruk di bidang Hak Asasi Manusia. Human Rights Watch melihat Omar Suleiman sebagai orang yang terlibat secara aktif dalam skandal penyiksaan tahanan yang dilakukan CIA di Timur Tengah. Terkait dengan investigasi CIA terhadap para tersangka al-Qaeda di Timur Tengah, Omar membantu CIA memperoleh keterangan dari para tersangka. Omar Suleiman menggunakan metode penyiksaan dan kekerasan untuk mendapatkan keterangan dari para tersangka.[9] Skandal ini begitu heboh dan menjadi kartu "as" bagi lawan politik Omar Suleiman di Mesir.
3.Terlalu akomodatif terhadap kepentingan AS dan Barat. Demonstrasi yang terjadi di Mesir sempat memunculkan isu anti-AS yang diusung oleh beberapa golongan. Spanduk dan tulisan yang menentang pengaruh serta campur tangan AS di Mesir banyak terlihat beriringan dengan spanduk yang menuntut Mubarak turun. Sikap Omar Suleiman yang dekat dengan AS bisa membangkitkan sentimen anti-AS yang ada di Mesir dan sebagian negara Timur Tengah. Jika dikaitkan dengan aktivitas organisasi Islam garis keras, maka Mesir di bawah Omar Suleiman akan menjadi medan "jihad" yang sah bagi sebagian golongan tersebut. Dengan kata lain, aksi-aksi terorisme akan semakin marak terjadi di Mesir mengingat cara berpikir golongan in sangat sederhana, yaitu hancurkan semua yang berhubungan dengan AS.


3. Amr Moussa

Nama Amr Moussa identik dengan sepak terjangnya sebagai Sekjen Liga Arab, sebuah organisasi antar negara-negara Arab yang terdiri dari 22 negara anggota. Dalam setiap konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah, Liga Arab selalu aktif menyatakan sikap atau setidaknya memberikan komentar. Di situlah, pers internasional senantiasa mengutip pernyataan Amr Moussa yang dianggap mewakili sikap organisasi yang dipimpinnya itu.

Terlepas dari segala kekurangannya, Liga Arab di bawah kepemimpinan Amr Moussa memiliki sikap yang cukup berani dalam menyuarakan aspirasi negara-negara anggotanya. Ketika Israel memblokade jalur gaza sejak beberapa tahun terakhir, Amr Moussa sempat mendatangi langsung negara tersebut pada 2010 untuk meminta pembukaan blokade. Kunjungan Moussa itu merupakan kunjungan delegasi Liga Arab yang pertama sejak kemenangan Hamas 2007 lalu. Tidak hanya itu, Amr Moussa juga ikut membawa permasalahan di Palestina ke Dewan Keamanan PBB. Sikap ini tentu saja sudah maksimal bagi Amr Moussa mengingat kebanyakan negara-negara kuat di Liga Arab adalah sekutu dekat Amerika Serikat seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Walaupun sebagian golongan menganggap Liga Arab adalah organisasi paguyuban yang mandul dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

Di dalam negeri, Amr Moussa mulai populer ketika menduduki jabatan Menteri Luar Negeri periode 1999 – 2001. Jabatan itu ia peroleh setelah bertahun-tahun berkarier dengan cemerlang sebagai diplomat Mesir di berbagai negara dan organisasi seperti PBB. Ada anggapan bahwa kepergian Amr Moussa ke Liga Arab merupakan usaha Mubarak untuk menyingkirkan Moussa yang mulai populer dari politik dalam negeri.

Beberapa kelebihan Amr Moussa antara lain

1.Seorang diplomat yang sangat ulung lagi andal. Kariernya yang cemerlang dalam dunia diplomasi luar negeri mengantarkannya menjadi Menlu di Mesir lalu kemudian Sekjen Liga Arab. Kemampuan diplomasi internasional seorang calon presiden sekaliber Amr Moussa merupakan kredit yang sangat positif.
2.Jaringan yang ia miliki dengan negara-negara Arab. Aktivitasnya di Liga Arab membuat ia senantiasa berkumpul dan berdialog dengan banyak pemimpin negara di kawasan Timur Tengah. Jika ia benar-benar memutuskan maju dalam Pemilu maka ia dapat dengan mudah menggalang dukungan dari negara-negara Arab anggota Liga.
3.Tidak terkait dengan rezim Hosni Mubarak. Amr Moussa tidak memiliki status keanggotaan dalam partai Nasional Demokrat yang mendukung Mubarak. Meskipun ia adalah mantan seorang menteri dalam kabinet Mubarak, tapi ia berasal dari golongan teknokrat independen. Situasi inilah yang ia sadar dapat menghambat rencananya untuk ikut Pemilu tahun 2011 ini. Oleh karena itu, Amr Moussa bergabung bersama dengan el-Baradei serta golongan oposisi lainnya dalam gerakan yang menuntut perubahan undang-undang Pemilu di Mesir. Mereka bersama-sama mengusahakan agar calon independen dapat maju sebagai kandidat presiden dalam Pemilu.
Beberapa kelemahan Amr Moussa.

1.Terlambat untuk melakukan konsolidasi politik serta usaha untuk pemenangan dirinya. Amr Moussa yang sampai saat ini masih menjabat sebagai Sekjen Liga Arab sulit untuk melakukan manuver strategi politik di dalam negeri yang mampu mengantarkannya ke kursi Presiden. Tidak jelas golongan mana saja yang secara resmi akan mengusungnya sebagai calon presiden tahun ini. Di lain pihak, Ikhwanul Muslimin sebagai pihak oposisi terbesar telah lebih dulu mengusung nama el-Baradei sebagai calon presiden mereka.
2.Terlalu percaya diri. Setidaknya itulah yang dikatakan pers asing mengenai keingingan Amr Moussa untuk mencalonkan diri tahun ini. Sebuah komunitas online di internet merilis petisi yang berisi puluhan ribu tanda tangan dukungan untuk Amr Moussa sebagai calon presiden. Namun, petisi itu tidak mendapatkan respon dari rakyat Mesir sama sekali.[10] Walau begitu, Amr Moussa selalu menjawab dengan yakin dan mantap jika ditanya mengenai niatnya mencalonkan diri.
3.Tidak menggunakan momentum revolusi sebagai sarana promosi diri. Tentu saja hal ini bukan bagian dari strategi low profile agar tidak terlihat oportunis. Namun, tetap saja terlihat aneh mengingat di banyak media ia senantiasa mengatakan keinginan kuatnya untuk mencalonkan diri. Salah satu hal yang membuat rakyat ragu akan Moussa adalah sikapnya terhadap rezim Mubarak. Ia bukan wapres Omar Suleiman yang sedang menjabat dalam pemerintahan, tapi ia juga tidak pernah menyatakan sikap anti Mubarak. Padalah, isu sentral revolusi kali ini adalah menurunkan Hosni Mubarak. Beberapa spekulasi menyatakan bahwa Amr Moussa masuk ke dalam "plan B" (skenario cadangan) Amerika Serikat atas Mesir.[11]


Siapa pun orangnya, suksesi atas Hosni Mubarak pasti akan terjadi. Mesir sebagai negara kunci konstelasi politik di Timur Tengah akan memasuki babak baru dalam sejarah. Kalau dulu Firaun mengangkat dirinya sendiri sebagai penguasa. Maka, hari ini, Firaun dipilih langsung oleh rakyat.





[1] www.wikipedia.org / 5 Februari 2011

[2] Hans Blix adalah Kepala IAEA sebelum el-Baradei.

[3] www.times.com/20 Februari 2010 yang dikutip Edigius Patnistik. "Siapakah Elbaradei Si Penantang Mubarak?". www.kompas.com/ 2 Februari 2011

[4] Tri Wahono. "AS Cegah Ideologi Radikal Kuasai Mesir". www.kompas.com/31 Januari 2011

[5] Ikhwanul Muslimin dianggap radikal oleh AS karena konsisten mendukung perjuangan Hamas di Palestina. Hamas sendiri merupakan organisasi yang pembentukannya dibantu secara langsung oleh IM.

[6] "The List: The Middle East's Most Powerful Spooks". Foreign Policy. 20 Juli 2009. http://www.foreignpolicy.com/articles/2009/07/20/the_list_the_middle_easts_most_powerful_spies

[7] Robert Adhi. "Hillary Isyaratkan AS Dukung Suleiman". www.kompas.com / 6 Februari 2011

[8] Dalam konteks Pemilu zaman sekarang, kampanye media adalah bagian paling penting dari strategi pemenangan. Kekuatan modal untuk membeli spare iklan untuk berkampanye di berbagai media massa dan elektronik akan sangat memengaruhi hasil Pemilu. Dukungan AS bisa berupa bantuan dana untuk kampanye media tersebut.

[9] Stephen Soldz. "The Torture Career of Egypt’s New Vice President: Omar Suleiman and the Rendition to Torture Program". Dissident Voice. http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.dissidentvoice.org%2F2011%2F01%2Fthe-torture-career-of-egypts-new-vice-president-omar-suleiman-and-the-rendition-to-torture-program%2F&h=51d2c

[10] http://www.thedohadebates.com/output/page13.asp

[11] Seymour Hersh. "Empire". http://www.youtube.com/watch?v=gDp8TnY3IsA



.

Wednesday 9 February 2011

HURU-HARA DELTA SUNGAI NIL



ارحال!
Kata itulah yang terlihat di setiap sudut kota tempat dilaksanakannya demonstrasi.
Irhal artinya turun!.

Alkisah sebuah negeri yang pernah dihuni oleh para nabi dan raja yang masyur. Negeri yang dilalui oleh sungi Nil dan telah menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad. Saat ini, negeri itu berada dalam situasi perubahan radikal yang menuntut adaya pergantian rezim pemerintahan. Negeri yang dipimpin oleh Firaun zaman modern. Firaun yang menggenggam erat kekuasaannya atas negeri itu dengan tangan besi. Seorang Firaun yang bernama Hosni Mubarak.

Mungkin paragraph pembuka di atas terlalu berlebihan jika melihat perbedaan antara Firaun dan Hosni Mubarak. Firaun adalah sebutan bagi raja-raja Mesir kuno yang melawan perintah Tuhan pada masa nabi. Kata Firaun sudah identik dengan sebuah kemusyrikan besar yang berdimensi akidah. Sebaliknya, Hosni Mubarak adalah sebuah nama yang sangat indah sekaligus mulia. Hosni berasal dari kata "hasan" yang berarti baik. Sedangkan Mubarak berasal dari kata "baraka" yang artinya berkah. Hosni mubarak bisa diartikan sebagai kebaikan yang diberkahi. Namun, keindahan nama Hosni Mubarak tidak memberikan rakyat Mesir kesejahteraan yang pantas mereka dapatkan. Terjadi kesenjangan sosial yang sangat tinggi di Mesir. Kemiskinan dan rasa ketidakadilan yang meluas akhirnya menggerakkan rakyat Mesir untuk turun ke jalan menuntut perubahan. Mungkin nama yang lebih tepat adalah; Laa Hosni Walaa Mubarak (tidak baik dan tidak berkah).

Hal yang diminta oleh para demonstran sejak pertama kali turun ke jalan adalah mundurnya Hosni Mubarak dari kursi kepresidenan. Revolusi yang terjadi di Tunisia yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Ben Ali menginspirasi rakyat Mesir untuk melakukan hal serupa kepada pemimpin mereka. Namun, Hosni Mubarak sama sekali berbeda dengan Ben Ali. Ia adalah seorang mantan petinggi militer dan masih menjadi pemimpin tertinggi dalam struktur militer di Mesir. Ibarat sebuah pohon, Mubarak adalah pohon beringin yang akarnya menancap sangat kuat di tanah, bahkan menjuntai-juntai dari tiap dahan.

Hosni Mubarak telah menjadi penguasa Mesir sejak tahun 1981. Saat itu ia adalah seorang Wakil Presiden. Ia naik menjadi presiden menggantikan Anwar Sadat yang tewas terbunuh di tengah sebuah parade militer. Sebagai catatan, Anwar Sadat dibunuh oleh seseorang yang mewakili kekecewaan banyak pihak atas sikapnya yang membela kepentingan Israel. Pada tahun 1979, Sadat menandatangani perjanjian damai dengan Israel di Camp David yang menandai babak baru hubungan di antara kedua negara tersebut. Sebelumnya, Mesir adalah pemimpin negara-negara Arab yang memerangi Israel di Timur Tengah. Tidak ada satu perang Arab-Israel pun yang tidak melibatkan Mesir di dalamnya. Kepentingan internal Mesir sendiri dalam memerangi Israel adalah merebut kembali semenanjung Sinai yang dikuasai Israel sejak tahun 1967.

Sejak perjanjian damai tersebut, konstelasi politik di kawasan Timur Tengah berubah sama sekali. Mesir menjadi negara yang sangat akomodatif terhadap kepentingan Israel. Menjaga kepentingan Israel di Timur Tengah sama artinya dengan membuka hubungan baik dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Selama itulah Hosni Mubarak mendapat keuntungan yang tidak sedikit dari sikap negaranya. Dengan perjanjian damai tersebut, setidaknya Mesir tidak akan menyerang Israel.

Negara Barat sungguh memelihara Hosni Mubarak seperti saat mereka memelihara Presiden Soeharto. Segala hal yang berkaitan dengan peningkatan kekuatan militer mendapatkan perhatian yang luar biasa dari Amerika Serikat. Mesir, sekalipun tidak pernah lagi berperang di kawasan Timur Tengah merupakan negara dengan kekuatan militer terbesar setelah Irak pada era 1990an. Sekarang, Mesir berdiri sejajar dengan Israel dalam teknologi persenjataan militer. Keduanya sama-sama memiliki pesawat mata-mata tercanggih yang dalam dunia dirgantara sering disebut UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Semua teknologi itu didapatkan Mesir dari hubungan baik mereka dengan AS. Sampai saat ini, alusista Mesir masih didominasi oleh produk AS dan negara Barat lainnya.

Perubahan akan segera terjadi di kawasan delta sungai Nil ini. Perubahan yang jauh lebih berdampak pada konstelasi politik di kawasan Timur Tengah. Mesir adalah salah satu negara paling berpengaruh di Timur Tengah selain Arab Saudi dan Iran. Perubahan yang bersifat radikal akan memancing rakyat di negara-negara tetangga untuk melakukan hal yang sama mengingat ketidakadilan sudah menjadi bagian hidup mereka selama ini.

Bangsa kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang bersejarah ini. Mesir adalah model pembelajaran yang baik bagi kita dalam berdemokrasi. Demokrasi yang selalu bergerak mencari bentuk sempurnanya. Demokrasi yang selalu berada dalam situasi transisi tak berkesudahan. Mesir akan mengajarkan kepada para pemimpin kita bagaimana memaknai kata "cukup". Cukup berarti mawas diri untuk membatasi periode kekuasaan. Tidak hanya bagi dirinya sendiri, akan tetapi seluruh dinastinya.

Banyak dari saudara kita yang menyaksikan revolusi Mesir ini secara langsung. Setidaknya kita tidak akan kekurangan saksi mata di lapangan, mengingat ada sekitar 6000 orang Indonesia di negara itu. Sebagian besar dari mereka sudah dipulangkan ke Indonesia, tapi masih banyak yang bertahan di sana menyaksikan perubahan yang terjadi dengan mata kepala mereka sendiri. Berdasarkan pemberitaan media, kebanyakan dari warga Indonesia yang bertahan di sana adalah mahasiswa yang tidak ingin kehilangan masa studinya. Mereka bisa saja menjadi pelopor perubahan di negara kita selepas kepulangan mereka dari sana. Toh, selama ini mahasiswa memang selalu yang menjadi front terdepan yang menuntut perubahan. Hal itu sangatlah mungkin asalkan mahasiswa yang kembali ke tanah air tidak bertipikal "Fahri" yang sibuk mencari-cari Aisyah. Fahri adalah tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta karangan Habiburrahman el-Shirazy. Yah, semoga saja ...

Tuesday 8 February 2011

SATU LAGI DARI TUNISIA




Inilah negara dunia ketiga
Hidup ini luar biasa
Susah senang banyak susahnya
Inilah cerita negeri yang kaya, tapi sengsara
-- Negara Dunia Ketiga, Marjinal--

Sepenggal bait lirik lagu dari Marjinal mungkin bisa sedikit menggambarkan pola kondisi negara dunia ketiga di planet ini. Satu lagi kabar dari Tunisia, sebuah negara yang bergejolak akibat rasa ketidakadilan yang melanda seluruh masyarakatnya. Negara yang sudah dipimpin oleh presiden Zine el-Abidin Ben Ali selama 23 tahun yang saat ini memasuk babak baru sejarah mereka.

Revolusi yang saat ini terjadi di Tunisia dimulai dari demonstrasi-demonstrasi berskala kecil yang diusung oleh kelompok mahasiswa dan sebagian masyarakat di beberapa kota. Mereka menuntut adanya perubahan kondisi ekonomi yang dirasakan semakin sulit. Angka pengangguran yang begitu tinggi, serta kenaikan harga yang sulit dijangkau menjadi alasan mereka untuk berdemonstrasi. Namun kemudian, di sela-sela trend demonstrasi tersebut, terjadilah sebuah peristiwa yang menjadi trigger momentum revolusi. Peristiwa itu adalah sebuah aksi membakar diri yang dilakukan oleh Mohammad Bouazizi yang memprotes tindakan aparat hukum yang menyita gerobak dagangannya. Bouazizi membakar dirinya hingga hangus di depan kantor Dewan Kota Tunis. Aksinya ini sontak menjadi buah bibir dikarenakan sebagian masyarakat merasa sangat terwakili oleh aksi tersebut. Seketika, aksi tersebut mendapatkan simpati yang luar biasa dari seluruh rakyat Tunisia.

Bouazizi adalah seorang sarjana yang menganggur karena sempitnya lapangan pekerjaan. Ia terpaksa berdagang buah-buahan di kaki lima dengan gerobak untuk menghidupi keluarganya. Suatu hari, gerobak itu direbut paksa oleh aparat penegak hukum (di sini mungkin Trantib) sehingga ia tidak bisa berjualan lagi. Boauazizi memberikan perlawanan tapi usahanya sia-sia. Di tengah rasa kecewanya serta kesedihan yang begitu memuncak, ia kemudian melakukan aksi protes dengan membakar dirinya di depan kantor Dewan Kota Tunis.

Bouazizi mewakili banyak golongan intelektual yang sulit mendapatkan pekerjaan karena sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Tingkat pengangguran di Tunisia mencapai angka 30% dari seluruh populasi penduduk usia kerja. Pengangguran ini kemudian membuat efek domino pada kondisi sosial dan perekonomian masyarakat. Kemiskinan dan kesengsaraan terjadi di seluruh negeri. Sedangkan di sisi lain, masyarakat sepenuhnya sadar bahwa mereka hidup di atas ladang minyak yang besar di belahan Afrika Utara. Sebuah ironi yang menjadi pengetahuan umum masyarakat Tunisia. Masyarakat menganggap bahwa rezim Ben Ali telah gagal dan juga koruptif dalam menyelenggarakan pemerintahan. Terlepas dari statistik kemunduran ekonomi, Ben Ali juga melakukan sekularisasi di Tunisia. Isu yang satu ini sangat menyakiti golongan Islam yang menjadi umat terbesar di negara itu. Ben Ali melarang penggunaan jilbab di sektor formal serta penggunaan pengeras suara untuk azan di masjid-masjid. Kebijakan Ben Ali ini menyerupai sekularisasi yang dilakukan Khemal Attaturk di Turki tahun 1924. Bedanya, di Turki, sekularisasi berhasil membawa Turki ke zaman yang lebih maju sekaligus mengembalikan akar budaya mereka. Namun, di Tunisia justru sebaliknya. Pelan tapi pasti, masyarakat Tunisia semakin miskin dan mulai kehilangan akar budaya mereka sendiri.

Kematian Bouazizi menggemparkan rakyat Tunisia. Ribuan orang melakukan aksi turun ke jalan menuntut pemerintahan Ben Ali untuk mundur. Chaos dan konflik tidak bisa dihindarkan. Kemudian jatuhlah satu persatu korban akibat kerusuhan yang melanda seluruh penjuru negara ini. Kita tahu bahwa dalam kondisi seperti itu, kematian aktivis atau demonstran akan menjadi minyak yang disiram ke dalam api yang menyala. Bouazizi menjadi martir pertama, sisanya adalah sebuah revolusi sosial yang akan mengubah negara ini memasuki zaman baru.

Presiden Ben Ali yang sadar akan tuntutan masyarakatnya di jalan kemudian memilih langkah kabur ke luar negeri untuk menyelamatkan diri dan keluarganya. Kali ini, Amerika Serikat atau negara-negara Eropa tidak memberikan suaka kepada Ben Ali. Akhirnya, Ben Ali sekeluarga lari ke Arab Saudi, sebuah negara yang menjadi simbol kedegilan penguasa-penguasa Arab. Ben Ali pergi membawa 1,5 ton emas batangan sebagai bekal perjalanan ke Saudi Arabia. Bisa dibayangkan seperti apa situasi kepergian Ben Ali dan keluarga menggondol-gondol harta yang mereka timbun selama bertahun-tahun.

Sampai tulisan ini diunggah, kondisi di Tunisia masih jauh dari kata stabil. Para demonstran belum sepenuhnya puas dengan kondisi yang ada. Mereka menuntut pembersihan total dari seluruh pengaruh dan kekuasaan mantan Presiden mereka. Segala hal yang berbau atau terkait dengan Ben Ali ataupun partainya dianggap sebagai kotoran yang harus dibersihkan. Tunisia mempertontonkan demokrasi jalanan yang membuat aturan baru dalam memilih dan mengangkat para pejabat pengganti. Koridor konstitusi ditabrak bersama-sama dalam situasi revolusi yang sedang terjadi.

Satu hal yang saya khawatirkan dari Revolusi Tunisia adalah ketiadaan infrastruktur pengganti baik di bidang politik serta konsitusi. Pengalaman nyata adalah apa yang pernah terjadi di Indonesia pada 1998. Pada tahun tersebut, Indonesia pernah mengalami momentum perubahan yang cukup besar yang sering dinamakan reformasi. Pada masa itu, semua golongan masyarakat yang dipelopori oleh aksi mahasiswa menuntut pergantian rezim yang pada akhirnya berhasil menurunkan Soeharto dari kursi presiden. Mahasiswa sebagai kaum intelektual menjadi motor penggerak reformasi yang pada akhirnya menggiring segenap golongan untuk menuntut pergantian rezim orde baru serta presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun.

Sampai hari ini, reformasi telah berumur 12 tahun. Tidak ada perubahan yang signifikan dari tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu evaluasi terbesar dari reformasi adalah ketiadaan infrastruktur politik alternatif untuk menggusur semua elemen rezim Orde Baru yang ditumbangkan. Partai Golkar sebagai partai ikon Orde Baru bahkan masih menjadi partai yang sangat berkuasa hingga hari ini. Artinya, penggulingan kursi presiden serta kabinet tidak akan membawa perubahan berarti jika tidak ada figur atau sistem pengganti yang bersifat terobosan atau alternatif dalam suatu revolusi.

Salah satu revolusi yang terasa manis dalam sejarah tentu saja revolusi Iran tahun 1979. Saat itu mereka mampu menumbangkan rezim diktator sekaligus mengganti semua sistem yang ada dengan yang baru. Saat itu mereka juga berhasil mengusung satu orang tokoh sentral revolusi sebagai pemimpin tertinggi masa transisi. Begitulah seharusnya revolusi dilakukan dengan segala persiapannya. Revolusi Iran terasa sangat rapih sekaligus radikal jika melihat perbedaan zaman sebelum dan sesudah revolusi. Tiba-tiba saja, Iran menjadi sebuah negara yang menempatkan golongan ulama (faqih) sebagai golongan elite dalam struktur kekuasaan. Para faqih ini tidak menjalankan pemerintahan secara langsung melainkan menjadi semacam lembaga yang berfungsi sebagai pemberi keputusan final dalam setiap manuver pemerintah.

Jika revolusi yang terjadi di Tunisia selesai sampai dengan pembongkaran kabinet serta pemerintahan Ben Ali, maka sungguh amat mahal nyawa Bouazizi yang tewas menjadi martir. Bagaimanapun, revolusi itu sendiri adalah momentum untuk melakukan perubahan secara radikal terhadap situasi yang terjadi. Tidak ada kata setengah-setengah dalam sebuah revolusi. Jika memang hanya bisa setengah-setengah, maka, kita namakan saja itu dengan reformasi.