Thursday 27 August 2009

Transformer 2


Film Transformer 2: Revenge of The Fallen betul-betul memuaskan hasrat saya terhadap film fiksi selama ini. Sang sutradara, Michael Bay tahu betul bagaimana membuat penonton tidak bisa berpaling dari layar bioskop ketika adegan demi adegan ditampilkan. Sepintas memang tidak ada yang penting dari film ini dibandingkan film-film besar yang bertema drama atau kisah hidup seseorang. Tapi saya punya pendapat lain. Bagi saya, film ini jauh melampaui kualitas drama-drama yang memenangi oscar ataupun film festival. Film inilah yang menjadi inti drama peradaban yang saat ini dipimpin oleh Amerika Serikat.

Drama peradaban, istilah yang sedikit memaksa memang, tapi itulah yang terlintas ketika saya membuat tulisan ini. Bagaimana tidak, orang yang tahu betul bagaimana perkembangan teknologi persenjataan saat ini tentu paham bahwa Transformer 2 mengakali fokus kita terhadap dunia persenjataan. Memang, Transformer 2 tidak sendirian dalam membuat akal-akalan. Ada film lain yang diliris berdekatan yaitu G.I Joe yang juga membuat drama peradaban tapi dengan perspektif yang berbeda. Transformer 2 menggunakan banyak senjata yang saat ini merupakan alutsista terdepan militer AS. Sedangkan G.I Joe tidak lebih dari sekedar film untuk anak kecil dengan adegan fiksi yang berlebihan.

Kalau kita mengikuti edisi koleksi majalah angkasa mengenai persenjataan, kita akan menemukan semuanya dalam film Transformer 2. Dalam edisi mengenai pesawat tempur masa depan, angkasa menempatkan F-22 Raptor sebagai jet tempur generasi terbaru sekaligus tercanggih yang dimiliki AS. Di film Transformer 2, jet ini berubah menjadi Starscream, salah satu karakter Decepticon yang kuat. Memang, dalam perkembangan selanjutnya, ada jet tempur lain yang juga memiliki kecanggihan setara F-22 yaitu F-35. Tapi, tetap saja, setiap orang yang mencintai dunia dirgantara pasti sepakat bahwa F-22 adalah tipikal jet yang bakal menggantikan F-16 yang legendaris atau F-15 yang sadis.

Di dunia daratan, alutsista AS yang paling kesohor saat ini adalah tank M1-Abrams. Yeup, tank ini ada di perang-perang terakhir AS di Timur Tengah. Tank ini menjadi alusista AS yang paling diandalkan saat ini dan memensiunkan semua jenis Tank pendahulunya. Dalam Transformer 2, Abrams diabadikan oleh karakter Decepticon yang lain. Saya lupa namanya... Begitu digdayanya militer AS di dunia nyata bahkan di dunia fiksi sekalipun.

Film ini merupakan pengalihan fokus kita terhadap teknologi persenjataan AS yang sedang dikembangkan saat ini. Bayangkan, dalam situasi darurat kemanan dunia seperti dalam film itu, AS hanya menggunakan alutsista yang ada dalam majalah-majalah militer. Kita tahu persis, bukan AS namanya kalau tidak ada senjata yang rahasia. Saat ini, AS mencurahkan segala kemampuannya dalam mengembangkan berbagai macam artileri canggih. Kecanggihan artileri ini akan meminimalkan peran alutsista berat lain, seperti Tank dan pesawat tempur. Artileri yang saya maksud adalah berbagai macam bom canggih berpenuntun satelit. Kita mengenal jenis bom seperti JSAW dan JDOM yang digunakan AS untuk menghancurkan bunker pasukan Saddam di Irak. Kedua bom tersebut adalah awal dari perkembangan teknologi bom selanjutnya. Semua jenis bom pintar ini akan mempercepat jalannya perang dengan tingkat keakuratan yang sangat tinggi. Penggunaannya juga ringkas dan minim SDM. Itulah sebabnya, AS mengembangkan teknologi pesawat tempur siluman (stealth) dengan kecepatan melebihi Mach 3 (3 kali kecepatan suara) untuk membawa bom-bom semacam ini. Disamping itu, mereka juga mengambangkan pesawat tanpa awak (UAV- Unmanned Aerial Vehicle) yang bisa dioperasikan seperti remote control. Jenis UAV yang ada dalam Transformer 2 adalah Predator, salah satu UAV tercanggih dan termahal saat ini.

Jika kita perhatikan, tren ancaman keamanan bagi AS (bukan dunia) adalah terorisme sipil. Mereka selalu menggunakan taktik perang kota dan berbaur bersama elemen masyarakat sipil sehingga sulit diatasi. Beberapa organisasi yang dimusuhi AS seperti al-Qaeda dan Taliban sangat sulit dikalahkan karena metode ini. Menggelar sebuah operasi militer darat ala "counter strike" terbukti tidak pernah bisa mengatasi mereka. Oleh karena itu, AS cenderung menggunakan gaya sapu bersih ketika harus melumpuhkan target teroris. Jika sebuah rumah atau gedung dideteksi sebagai markas teroris, maka AS akan menghancurkan bangunan tersebut dan beberapa rumah disekelilingnya. Target sipil jelas tidak bisa dihindari, tetapi tentu saja AS memiliki segudang pembenaran. Apalagi mereka memiliki doktrin khusus mengenai terorisme. Semua pihak yang melindungi para pelaku teror dan target AS dianggap sebagai teroris itu sendiri. Cara ini juga mendidik masyarakat sipil untuk bekerjasama dengan pihak AS apabila mereka tidak mau dijadikan sasaran serangan. Inilah implementasi kebijakan war on terror warisan Bush. Either you with us or with terorrist.

Intinya, saya sangat merekomendasikan anda untuk menonton Transformer 2 sebagai film yang mewakili peradaban saat ini. Kalimat ini tidak berlebihan karena memang peradaban manusia digiring oleh kemajuan teknologi perang. Transformer 2 mengkakali wawasan kita terhadap teknologi persenjataan itu sendiri dengan menampilkan berbagai senjata konvensional. Padahal, militer AS sedang memasuki era full digital. Film itu bisa menggambarkan kepada kita bagaimana kekuatan militer AS di dunia. Seolah-olah, film ini juga memberi pesan bahwa hanya alien seperti Decepticon dan Autobots lah yang bisa "merepotkan" AS.

0 comments:

Post a Comment