Wednesday 24 March 2010

SEBUAH RUMAH BERNAMA PALESTINA

Benjamin Netanyahu berencana membangun 1600 pemukiman Yahudi di Jerussalem Timur.
Saya jengah memperhatikan manuver-manuver Israel di Palestina. Saya juga jengah dengan konstelasi dunia internasional dalam menyikapi konflik di sana.

Kali inI biarkan saya mencoba menyederhanakan masalah dengan sebuah analogi yang saya pikir paling pas.

Anggaplah wilayah Palestina ini adalah sebuah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar yang berbahagia. Rakyat Palestina kita anggap sebagai para penghuninya.

Suatu ketika, pada tahun 1948, rumah ini kedatangan tamu tak diundang yang beragama Yahudi. Mereka datang dengan cara yang kasar dan memaksa ingin tinggal di rumah tersebut. Tentu saja para penghuni rumah melawan dengan sekuat tenaga, bahkan dibantu oleh para tetangga. Tapi para tamu ini ternyata orang-orang yang kuat dan sulit dikalahkan. Akhirnya, mereka berhasil mendapatkan satu kamar di rumah itu setelah membunuh beberapa penghuni rumah.

Dengan sangat terpaksa, para penghuni rumah yang tersisa memberikan salah satu kamar mereka kepada tamu ini. Namun, lama kelamaan, para tamu ini mencoba untuk menguasai kamar yang lain. Bahkan, mereka ingin memiliki kamar utama yang sering disebut Jerussalem. Para penghuni yang lain mulai dibunuh satu persatu. Ada juga yang diusir keluar rumah. Yang paling menyedihkan, para tamu ini mengejar anggota keluarga yang sudah diusir keluar rumah. Mereka yang mengungsi di rumah tetangga terus dikejar kemudian dibantai semuanya. Akhirnya, pelan tapi pasti para tamu mulai menjadi pemilik rumah dan mengumumkan kepada orang-orang bahwa rumah itu milik mereka.

Para penghuni asli yang masih tersisa, semakin tersudut akibat tindakan para tamu ini. Mereka mencari dukungan ke sana kemari untuk mempertahankan rumah mereka. Tidak sedikit pihak yang berusaha membantu mereka, tapi para tamu telah menguasai pintu rumah sehingga bantuan yang masuk sulit untuk sampai. Para tamu ini memblokade segala jenis bantuan untuk para penghuni tetap. Mereka menunggu para penghuni ini menyerah dan akhirnya menyerahkan rumah mereka kepada para tamu ini. Namun, sayangnya para penghuni ini tetap gigih bertahan sampai sekarang. Masyarakat sekitar juga semakin paham kondisi yang sebenarnya terjadi.

Masyarakat yang resah atas apa yang terjadi di rumah itu berkumpul dan mencoba memediasi konflik. Akhirnya, sebagian besar masyarakat setuju untuk menggiring kedua pihak di dalam rumah itu untuk berdamai dan mau hidup berdampingan. Intinya, mereka menawarkan solusi dua keluarga (dua Negara) di dalam rumah tersebut.


Sekian analoginya . . .
Nah sekarang menurut anda, apabila anda adalah salah satu anggota keluarga yang merupakan penghuni asli. Relakah anda hidup berdampingan dengan tamu yang telah membunuh dan mengusir saudara-saudara anda? Hidup berdampingan itu merupakan solusi yang ditawarkan oleh masyarakat di sekitar anda. Jika anda setuju, berarti anda sangat humanis dan menyenangkan. Anda pastilah seorang aktivis HAM berat.

Keterangan analogi
Rumah : Wilayah Palestina
Penghuni Asli : Rakyat Palestina
Kamar Utama : Jerussalem
Rumah Tetangga : Shabra dan Shatila (Lebanon)
Para Tamu : Israel
Tetangga : Mesir, Syiria, Yordania

0 comments:

Post a Comment